Gunung Bromo merupakan obyek wisata yang sangat indah di Jawa Timur, keberadaannya menempati 4 wilayah yaitu kabupaten Lumajang, Probolinggo, Pasuruan dan Malang. Gunung ini memiliki ketinggian 2.329 m di atas permukaan laut, dengan bentuk tubuhnya yang dikelilingi oleh lautan pasir yang luasnya hampir 10 km persegi.
Statusnya yang masih aktif menambah keindahan yang dimiliki gunung ini, bahkan setiap hari kita dapat melihat asap putih yang keluar dari dalam kawah, terutama bila kita bisa sampai ke atas puncak gunung Bromo, disitulah kita dapat menikmati keindahan yang luar biasa, yaitu gumpalan asap putih didalam kawah yang tepat berada di depan mata kita.
Namun untuk melihat kawah dengan jelas kita harus berjuang menaiki beberapa anak tangga yang cukup membuat nafas tersengal-sengal hingga mencapai puncak gunung Bromo.
Gunung Bromo dalam bahasa sansekerta artinya Gunung Brahma, kata Brahma merupakan nama Dewa dalam keyakinan umat Hindu.
Gunung Bromo dipercaya sebagai gunung suci oleh penduduk sekitarnya yang merupakan suku tengger dan mayoritas beragama Hindu, setiap tahunnya mereka mengadakan upacara ritual yang dikenal dengan perayaan kasodo.
Upacara Kasodo berawal dari cerita sepasang suami istri yang belum dikaruniai anak, beliau adalah tokoh tengger yang bernama Jaka Seger melakukan semedi agar mendapatkan anak, dalam semedinya terdengarlah suara ghoib bahwa do’anya dikabulkan dengan syarat Jaka Seger berjanji bila nanti sudah memperoleh keturunan, maka anak bungsunya yang bernama Kesuma harus dikorbankan ke kawah gunung Bromo.
Jaka Seger berucap janji dan mendapatinya hingga memperoleh 25 anak laki-laki dan perempuan adapun yang bungsu bernama Kesuma.
Dari hari kehari mereka menghabiskan hidupnya dengan penuh kasih sayang hingga tiba saatnya janji harus ditepati, begitu melihat anak bungsunya hati seorang bapak yang seharusnya melindungi anak-anaknya tentunya tak tega melihat kesayangannya harus dikorbankan ke kawah.
Alasan inilah yang memotifasi Jaka Seger terpaksa ingkar janji, namun tak disangka kemarahan Dewa menimbulkan prahara yang menyebabkan suasana berubah gelap seketika dan gunung Bromo menyemburkan api yang menjilat tubuh kesuma sang putra bungsu.
Terdengarlah jeritan Kesuma yang ditujukan pada saudaranya,” Wahai saudara-saudaraku aku telah dikorbankah oleh ayah dan sekarang aku diselamatkan oleh Sang Hyang Widi, untuk itu bersembahyanglah kalian dan lakukanlah kasodo tiap tahunnya disini agar kalian selamat.”
Sejak saat itulah peristiwa ini diikuti oleh suku Tengger yang hidup di kawasan gunung Bromo dengan setia melakukan upacara kasodo yang mereka lalukan setiap tahunnya di bulan kesepuluh dalam penanggalan jawa, tepatnya sekitar tanggal 14 atau 15 disaat bulan purnama.
Upacara ini dilaksanakan di sebuah pure yang berada dibawah kaki gunung Bromo ( lautan pasir) dan dilanjutkan di puncak gunung Bromo, sambil membawa sesajen untuk Sang Hyang Widi dan para leluhurnya sebagai wujut ibadah mereka.
Terdengarlah jeritan Kesuma yang ditujukan pada saudaranya,” Wahai saudara-saudaraku aku telah dikorbankah oleh ayah dan sekarang aku diselamatkan oleh Sang Hyang Widi, untuk itu bersembahyanglah kalian dan lakukanlah kasodo tiap tahunnya disini agar kalian selamat.”
Sejak saat itulah peristiwa ini diikuti oleh suku Tengger yang hidup di kawasan gunung Bromo dengan setia melakukan upacara kasodo yang mereka lalukan setiap tahunnya di bulan kesepuluh dalam penanggalan jawa, tepatnya sekitar tanggal 14 atau 15 disaat bulan purnama.
Upacara ini dilaksanakan di sebuah pure yang berada dibawah kaki gunung Bromo ( lautan pasir) dan dilanjutkan di puncak gunung Bromo, sambil membawa sesajen untuk Sang Hyang Widi dan para leluhurnya sebagai wujut ibadah mereka.