BANYUWANGI - Dalam rangka untuk meningkatkan mutu pendidikan di Banyuwangi dan daerah lain di Indonesia, Direktorat Pendidikan Tingkat Tinggi pusat melakukan kunjungan kerja ke Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi, ternyata mengalami masalah dalam inspeksi.
Bahkan ketika mau masuk areal kampus pintu gerbang kampus dikunci serta dijaga pihak keamanan kampus serta aparat kepolisian Polres Banyuwangi. Mereka tidak memperbolehkan masuk dalam kampus, bahkan dengan berbagai alasan kubu Warijdan melarang Dirjen Dikti pusat masuk kampus UNTAG.
Dengan negosiasi yang alot dan pajang bahkan dibantu oleh pihak polres dan Kepala Dinas Pendidikan Banyuwangi, Soelehtiono belum jugak berhasil. Kemudian ada kata sepakat antara kubu Waridjan dengan Polres dan kepala Dispendik pihak Dirjen Dikti diperbolehkan masuk tetapi mobil tetap diluar dan tidak boleh masuk dalam kampus.
"Padahal kunjungan kerja Dirjen Dikti ini dalam rangka untuk meninjau kondisi kampus yang selama ini bermasalah bertahun tahun dengan dua lisme kepimpinan antara kubu Sugihartoyo, SH.MH dengan kubu Drs Waridjan yang saat ini berkuasa di kampus UNTAG Banyuwangi", ungkap Kepala Dinas Pendidikan Sulehtiono kepada awak media.
Sebelum kedatangan pihak kopertis dan dirjen dikti dikampus Untag Banyuwangi kemarin, sebelumnya sempat terjadi aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh aliansi pecinta kampus (AMPEK) yang dimotori oleh GMNI. Dalam aksi unjuk rasa AMPEK sempat terjadi ketegangan antara pihak kampus dengan pengunjuk rasa yang rata rata masih berstatus mahasiswa, yang saat itu tidak diperbolehkan masuk dalam kampus oleh pihak keamanan kampus kubu Drs Waridjan. Akhirnya terjadi bersitegang dengan pihak keamanan kampus yang dibantu aparat kepolisian yang saat itu mengamankan aksi demo dengan saling dorong pintu pagar kampus, sehingga kondisi pintu gerbang utama kampus Untag rusak berat,
Bahkan ketegangan berlanjut karena dalam peliputan awak media juga tidak diperbolehkan melakukan peliputan diareal dalam kampus Untag Banyuwangi. Bahkan Kepala Dinas Pendidikan Sulehtiono menyayangkan sikap Rektor Untag yang berkuasa saat ini Wakijdan yang melarang masuk pejabat Dikti dan Sekertaris Kopertis yang kedatangan bertujuan untuk arah yang lebih baik.
Bahkan alasan pelarangan masuk kampus Untag menurut Sulehtiono sangat tidak masuk di akal. "Masa seorang pejabat kok disuruh laporan dulu kalau mau datang. Kan..seharusnya pejabat dibawahnya menyadari dan segera menindak lanjuti akan kedatangan pejabat diatasnya", ungkap Sulehtiono dengan mimik menyesal atas tindakan kubu Drs Wakidjan yang saat ini berkuasa dikampus Untag.
Dalam somasi orasinya AMPEK (aliansi Mahasiswa peduli kampus) mengatakan saat ini pihak rektor telah menggunakan uang kampus untuk bayar preman dan menghambur hamburkan kuangan administrasi kampus untuk kepentingan pribadi serta memperkaya diri. "Pihak rektor besarta jajaranya untuk tidak ikut campur urusan internal yayasan PERPENAS", ungkap Permana diorasi demonya. (iriek)